Lubuklinggau, JS – Para pengendara roda dua maupun roda empat yang ada didaerah ini harus mewaspadai ketika membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) eceran yang dijual dipinggir jalan. Baik itu jenis premium, pertalite, Pertamax maupun solar, Pasalnya, diduga ada oknum pedagang ceran nakal diduga menjual “BBM Oplosan” kepada para konsumen dengan modus mencampur minyak BBM murni dengan minyak mentah.
Informasi yang berhasil dihimpun dilapangan. Diketahui bahan baku minyak mentah berasal dari sungai angit ( Musi Banyu Asin) dan kawasan Rawas Ilir Muaratara) dan konon minyak mentah tersebut disuplay kepada para pedagang BBM eceran dipinggir jalan yang ada diseputaran Kota Lubuklinggau, Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan sekitarnya.
Fenomena pedagang “BBM oplosan” ini ditandai beberapa pedagang minyak murni memasang plang merk bertuliskan “”Disini jual minyak murni (Asli), jenis premium Rp. 7.500,- Pertalite Rp. 8.500,- Pertamax Rp.9.500,- dan jenis Solar Rp. 5.500,-
Kendati demikian, para konsumen sulit membedakan antara minyak murni dan sudah dioplos. Setidaknya hal itu diketahui ketika kendaraan konsumen mulai rewel dan mengalami kerusakkan,
“Kita minta agar pihak terkait menyikapi masalah ini, dengan cara merazia dan cross cek dilapangan mengambil sample BBM pedagang eceran, apakah murni atau sudah di oplos dengan minyak mentah tersebut, ,”ujar Sugianto ( 50) salah satu warga Lubuklinggau yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang ojek, Senin (22/1/2018)
Hal senada diutarakan Marliansyah (44) warga Muara Beliti, yang kendaraan mengalami kerusakkan setelah beberapa hari mengisi BBM dipedagang eceran dipinggir jalan protokol, ” Waspada itu penting, dan jangan sampai anda menjadi korban dan mengalami kerugiaan seperti saya, Karena kendaraan sempat mengalami turun mesin dan kaburator harus dibersihkan;”ungkapnya, Senin (22/1/2018).
Berdasarkan penelusuran wartawan dilapangan, ternyata kebanyakan para pedagang menjual BBM eceran dipinggir jalan ini tanpa memiliki atau mengantongi surat izin resmi sebagai agen/ pedagang eceran yang di keluarkan instansi terkait, khususnya pertamina.
Sementara disisi lain, Uniknya korban kendaraan “BBM oplosan” ini hampir pernah dialami para pengendara, berbagai profesi yang berbeda-beda baik, aktivis, wartawan, LSM, guru dan pegawai Pemda, Karyawan swasta
Terutama mereka malas untuk ikut antrian di SPBU, Namun rata-rata dari sekian banyak korban itu dialami profesi tukangi ojek ” Kita sesalkan selama ini lambatnya penanganan masalah ini, seharusnya sudah antisipasi dari pihak terkait, dan Jangan sampai ada korban maupun laporan baru ada perhatian,
“Jadi, solusi terbaik untuk saat ini konsumen harus rela antri di SPBU daripadai jadi korban, Kalau motor atau mobil kami rusak. Terpaksa berapa biaya besar yang harus ditanggung,”jelas Hasbullah akitivis Perwakilan Gerakkan Indonesia Membangun(GIM) yang ada didaerah ini. (Admin)